Rabu, 04 Agustus 2010

Drainase Buruk Banjir Mengancam

MEDIA JAMBI – Akibat drainase yang buruk got-got yang tersumbat dan dipenuhi sampah, ratusan rumah di tiga kelurahan dalam Kota Jambi nyaris tenggelam, Jumat sore (30/7) lalu. Hujan lebat yang turun membuat, air mencapai pinggang orang dewasa. Kejadian yang mendadak itu membuat warga tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga milik mereka. Kerugian ditaksir ratusan juta rupiah. Namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Warga berharap Pemkot Jambi segera membenahi drainase yang buruk itu, agar pengalaman banjir yang berulang keduakalinya itu tidak lagi menghampiri warga.
Pantauan Media Jambi di lapangan, ratusan rumah warga di Kelurahan Lebak Bandung  dan Payo Lebar Kecamatan Jelutung serta Kelurahan Selamat Kecamatan Telanaipura Kota Jambi nyaris tenggelam akibat diguyur hujan yang terjadi secara merata. Hujan lebat yang diperkirakan turun mulai pukul 14.00 Wib tanpa mengakibatkan rumah mereka tergenang.  Drainase yang membelah tiga kelurahan itu tak mampu menahan terjangan air hujan.  Air pun meluap.
“Kami dak sempat lagi menyelamatkan barang-barang. Yang ada dipikiran hanya menyelamatkan diri,” ujar Perli ketika ditemui Media Jambi di tepat didepan rumahnya disebelah sungai itu. Warga RT 27 kelurahan Lebak Bandung itu tampak tengah menghalau air yang menerjang rumahnya, namun apa daya, derasnya air tak dapat dihadang. Rumah pun dipenuhi luapan air dari sungai yang hanya dibatasi dinding tembok. Akhirnya pria itu bergegas meninggalkan kediamannya dan berjalan ketempat yang lebih tinggi. Terlihat pria tua itu berjalan sempoyongan. Ia berusaha melawan derasnya arus sungai yang hampir menenggelamkannya. Kedalam air mencapai dada pria itu.  “Awas mas, nanti kepeleset, disini cukup dalam,” ujarnya menyarankan Media Jambi untuk tidak mendekat kearah pria itu.
Di lorong Nusantara Kelurahan Payo Lebar tak jauh dari lokasi, tampak Herpati, Dasuki dan warga RT 19 lainnya berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri mencari dataran tinggi. Bahkan sesekali berteriak mengingatkan warga dan anak-anak untuk menghindari derasnya arus sungai. Mereka pun tak mempedulikan barang-barang yang ada dirumah. Semuanya ditinggalkan.
Di rumah Dasuki. Tadinya ia mencoba membawa barang miliknya namun air meluap begitu cepat. Kursi, meja, lemari, TV dan barang lainnya ia tinggalkan tepat di teras rumah, ikut dilanda banjir. Bahkan Masjid Al Muhklasin yang tak jauh dari kediamannya pun dihantam banjir. “Tau – tau air sudah sampai dada. Barang-barang tak sempat lagi dibawa,” tutur Dasuki di lokasi itu.
Sementara tetangganya, Koko terpaksa mengangkat meja kecil miliknya berbahan kayu. Pria yang tinggal di rumah mertuanya, Sugiono,  mengaku pasrah. Tak banyak yang bisa ia lakukan kecuali menutup rapat-rapat tempat tinggalnya. Pagar yang membentengi rumah itu, kurang lebih setinggi satu meter tak terlihat. Pemandangan yang sama juga dialami rumah warga lainnya.
“Kurang lebih 40 kk yang tinggal disini. Rumah mereka pun terkena banjir,” kata Koko sembari menunjuk kearah rumah warga yang tenggelam. Bahkan, Hotel Aini yang tepat berada dipinggir sungai juga nyaris ikut tenggelam. Untungnya dinding drainase lebih tinggi 2 meter sehingga luapan air tak begitu besar. Namun, halaman hotel yang kini tengah direnovasi itu ikut tergenang.

Terkenang Banjir Sebelumnya
Menurut Koko, kejadian banjir merupakan yang kedua. Kejadian serupa pernah dialaminya tahun 2006 lalu, atau tepatnya ketika ia hendak menggelar pesta pernikahannya dengan Sunarti, anak Sugiono di lokasi itu.
Diceritakannya, Sabtu malam, tepatnya tanggal 15 April 2006 lalu, usai sholat magrib, ia dibantu warga setempat rencananya mempersiapkan pesta perkawinannya.
Kegiatan dekorasi tempat pesta dan pelaminan serta aktivitas masak-memasak para ibu didapur mendadak bubar. Tiba–tiba hujan turun dengan lebatnya.
Drainase yang sempit dan hilangnya daerah resapan air akibat pembangunan ruko dan perumahan tak jauh dari sungai tersebut tak mampu menampung luapan air yang membesar. Air pun membanjiri hingga setinggi pinggang orang dewasa. Pesta perkawinan yang diharapkan meriah pada Minggunya jadi berantakan.
Pelaminan tenggelam dan masakan pun hanyut dibawa air. “Hujan tak berhenti dan tiba-tiba air sungai meluap menerjang rumah kami. Padahal malam itu kami lagi mempersiapkan pesta. Lucunya, malam pengantin malah kerok-kerokan gara-gara masuk angin,” kenang pria itu sembari tersenyum. Pengalaman serupa dialami tetangganya yang juga hendak menggelar pesta perkawinan.(gtt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar