Selasa, 10 Agustus 2010

Pembangunan Drainase Salah Alamat

MEDIA JAMBI - Pembangunan drainase sepanjang 410 m di Kelurahan Pallmerah Lama Kecamatan Jambi Selatan salah alamat. Saluran yang seharusnya berada di pinggiran lahan pertanian namun dibangun diatas jalan nasional berada cukup jauh dari lokasi yang direncanakan.

Pantauan Media Jambi di lapangan, Jum’at (6/8), belasan orang pekerja dari CV. Manunggal Sakti – pelaksana proyek — tampak tengah menggali tanah di pinggir jalan lingkar selatan. Aktifitas penggalian itu dilakukan mereka atas perintah kontraktor guna membuat saluran air bagi warga sekitar. Rencananya akan dibuat saluran air sepanjang 410 m. Seperti tertera pada papan proyek yang dipasang disebuah bangunan berdinding papan dilokasi. Saat ini diperkirakan mereka telah menggali lebih dari 200 m. Sekitar 80 meter kearah pemukiman warga dan 134 meter lagi berada dipinggir jalan nasional.
Hal itu membuat sejumlah anggota Komisi C DPRD Kota Jambi berang. Mereka mendatangi lokasi dan mengehentikan kegiatan itu. Kedatangan yang mendadak itu, sontak membuat Pimpinan Proyek Dinas PU Kota Jambi, Husni Thamrin dan Direktur CV Manunggal Sakti, Rahadian terkejut. Penghentian penggalian itu sempat mendapatkan penolakan dari Ketua RT setempat, Ruslan Pohan. Perdebatan sengit pun tak terelakan. Husni Thamrin dan Rahadian saling lempar tanggung jawab. “Hentikan dulu, ini menyalahi aturan,” tegas Budi Yako saat tiba dilokasi sekitar pukul 11 siang bersama Ketua Komisi C, Daswarman dan anggota lainnya. Diantaranya Rasyid, Zulkifli IB, Cekman dan Wahyudi.
Menurut Budi, dasar disetujuinya proyek peningkatan saluran air di Dinas PU Kota Jambi sebesar Rp 461.899.000 karena sangat diharapkan warga di sekitar bandara, terutama petani sayur setempat. Selama ini mereka mengeluhkan lahan pertaniannya kerap dilanda banjir bila hujan. Drainase tidak ada sementara penyempitan lahan akibat pembangunan komplek perumahan menggerus resapan air disana.
Sehingga lewat Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (APBD) 2010, proyek itu digol-kan melalui Peraturan Daerah (Perda) dan ditindak-lanjuti lewat Peraturan Walikota (Perwali). Rencananya, lokasi proyek tepat berada di belakang perumahan Liverpol atau tak jauh dari lahan pertanian warga. Namun kenyataannya, dibangun jauh dari lokasi yang direncanakan.
“Emangnya kota banyak dana. Nanti saluran ini bakal dibongkar bila proyek jalan nasional dimulai. Lagian ini tidak sesuai rencana. Menghabiskan uang daerah saja,” ujar Budi kesal.
Daswarman pun menimpali. “Proyek ini untuk masyarakat, jangan sampai salah alamat. Bila ada perubahan, harus persetujuan dewan,” tegasnya.
Rahadian Putra menjelaskan, mereka bekerja sesuai perintah Dinas PU Kota Jambi. Bila tak dikerjakan, perusahaannya bakal dipersalahkan. Apalagi kontrak kerjanya sudah ia tanda-tangani sejak 1,5 bulan yang lalu. “Kami mengerjakannya sesuai perintah PU. Jika tak dikerjakan, nanti kami yang dipersalahkan,” elak Rahadian.
Pimpinan Proyek (Pimpro) dari Dinas PU Kota Jambi, Husni Thamrin pun sepertinya mengelak dipersalahkan. Namun pria tua itu enggan membeberkan alasan pemindahan lokasi. “Kami mengerjakan ini berdasarkan usulan warga. Tanda tangan warga ada,” terang Husni.

Atasi Banjir
Ketua RT 22 Kelurahan Pallmerah Lama, Ruslan Pohan mengatakan pembuatan saluran air sangat diharapkan warganya. Selama ini, bila hujan turun, air menggenang. Sawah disekitar itu terendam. Banyak sayuran petani mati. “Pembangunan drainase ini yang kami tunggu-tunggu. Bahkan kami sudah rapat dengan warga. Inginnya saluran air dibangun disini,” kata Ruslan.
Mereka tak peduli bila nantinya ada proyek yang sama dari provinsi. “Terserahlah. Kami tak mau kena banjir lagi,” tandasnya.
Sebelumnya, Triswondo, warga RT 11 Kelurahan Pallmerah Lama Kecamatan Jambi Selatan mengeluh. Tiap kali hujan, lahan garapannya banjir. Bahkan, dua bulan terakhir, ia pun tak bisa memanen sawi, selada dan kemangi miliknya. Sayuran itu mati dan ia pun mengaku merugi.
“Bagaimana lagi, sejak ada perumahan itu, sawah kami sering banjir bila hujan turun. Sayuran mati dan kami merugi,” keluh anggota kelompok tani Sudi Makmur itu.
Petani lainnya, Tumiran pun mengakui hal yang sama. Ia sangat berharap pemerintah kota mau memperhatikan nasibnya. Apalagi, ayah dua anak itu kini tak lagi mampu menutupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-harinya. Ditambah lagi harga bahan pokok melambung tinggi, sementara ia tak bisa panen lantaran banjir.
“Kami berharap pemerintah buat saluran air agar kami terhindar dari banjir. Kalau begini terus mau makan apa nantinya,” ujar suami Warsina itu.(gtt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar