Selasa, 17 Agustus 2010

200 Siswa SDN I Belajar di Tenda

MEDIA JAMBI - Akibat kebakaran hebat yang meluluh-ratakan tiga rumah dan lima kelas di SD negeri 1 Kota Jambi yang berlokasi di RT 03 Kelurahan Sulanjana Kecamatan Jambi Timur, Jumat sekitar pukul 17.30 WIB, sekitar 200 siswa sekolah itu harus rela belajar di dalam tenda darurat. Dinas Sosial dan Nakertrans Kota Jambi, Sabtu (14/8) sudah membuka tenda, untuk bisa digunakan mulai Senin besok.
“Siswa yang akan belajar di bawah tenda yaitu kelas VIF, VD, VE, VF dan IVC. Jumlahnya setiap kelas 40 orang,” ujar Syahril, Kepala SD Negeri 1 Jambi kepada Media Jambi, Sabtu (14/8) usai pembacaan surah yasin, tahlil dan doa bersama. Sabtu.
Untuk sementara para siswa yang lokalnya ikut terbakar terpaksa harus belajar di tenda darurat. “Walau lokal terbakar namun kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa. Namanya musibah tidak dapat dielak,’ jelasnya. Menurutnya, siswa tidak mungkin belajar di kelas yang ebrada di lantai dua bangunan gedung itu, karena kondisi gedung sangat memprihatinkan dan dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa roboh. “Daripada menelan korban lebih baik dihindari. Atap lokal habis terbakar,” ujar Syahril.
Menurutnya SD Negeri 1 merupakan SD tertua di Kota Jambi saat ini ada sekitar 1.000 siswa yang menuntut ilmu di sekolah ini. Dan lokal yang terbakar akan segera dibangun oleh Pemerintah Kota Jambi. Walikota Jambi H Bambang Priyanto saat memberi bantuan berupa selimut, pakaian dan sembako kepada korban yang tertimpa musibah mengatakan pembangunan kembali gedung sekolah secepatnya dikerjakan.
Namun walikota yang saat itu didampingi Pjs Sekda EC Marjani, belum bisa menentukan sampai kapan siswa harus belajar di tenda. Karena perlu dihitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk merehab kembali lima lokal yang terbakar itu. “Pokoknya secepatnya akan kita rehap kembali,” ujar Walikota Jambi.
Sementara para orang tua siswa mengharapkan agar rehab segera dilakukan, agar anak-anak dapat belajar dengan baik. “Untuk sementara lebih baik anak-anak itu belajar di tenda, daripada memaksakan mereka masuk di kelas. Karena, kondisinya mengkhawatirkan, dan kita takut anak-anak tertimpa,” kata Iwan, orang tua siswa. (mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar