Senin, 20 September 2010

Simpang Mayang, “Kawasan Macet” di Kota Jambi

Sejak diresmikannya Jambi Town Squart (Jamtos), 3 September lalu, kemacetan menjadi pemandangan rutin di kawasan Simpang Mayang Kelurahan Simpang III Sipin. Lampu merah yang berada di simpang itupun tak mampu lagi mengatur arus lalulintas. Akibat banyaknya kendaraan yang keluar-masuk mall yang masih dalam polemik ini.

Pantauan Media Jambi, Sabtu (18/9), ratusan kendaraan harus merayap menunggu antrean diseputaran Simpang Mayang hingga kawasan Tugu Juang. Mujianto (35) seorang pengendara motor kepada Media Jambi mengatakan, kemacetan terjadi sejak Jamtos mulai dioperasikan. “Dulu macet juga, tapi tidak separah ini, coba lihat sudah tiga kali lampu hijau saya belum bisa beranjak juga,” ujarnya.

Dikatakannya, Pemerintah Kota harus tegas dan jangan terlalu mudah mengeluarkan izin. Sebab yang merasakan dampaknya adalah masyarakat luas. “Kita mendukung investor menanamkan modalnya di Kota Jambi, tapi jangan gegabah,” tambah dia.

Hal senada juga disampaikan T Simanjuntak warga yang tinggal di belakang Jamtos, akibat pembangunan mal ini mengganggu ketentraman warga. Pasalnya rumah-rumah yang berada di bagian belakang ketika hujan tiba selalu digenangi air yang melimpah akibat saluran air ditutup dan dijadikan areal parkir.

“Kami warga RT 23 Kelurahan Simpang III Sipin, Kecamatan Kota Baru menyesalkan Pemerintah Kota Jambi mengoprasikan mall ini. Bahkan kami telah beberapa kali melakukan unjukrasa namun tidak digubris,” katanya. (mas)

Warga Minta TPA Talang Gulo Dipindahkan

MEDIAJAMBI—Warga RT 13 Talang Gulo Kelurahan Kenali Asam meminta Pemerintah Kota secepatnya memindahkan tempat pembuangan akhir (TPA). Karena dikawasan ini, sudah banyak warga yang membangun rumah untuk tempat pemukiman.

Supardi (45) kepada Media Jambi mengatakan akibat tumpukan sampah yang membusuk menimbulkan bau tak sedap dan menyengat hidung. Kemudian lalat-lalat berterbangan masuk rumah. “Bila hinggap dimakanan kan dapat menyebabkan penyakit,” ujarnya.

Dikatakannya, bagi warga yang telah bermukim lama sebenarnya tidak mempermasalahkannya. Namun ketika ada tamu yang datang dari luar mereka merasa tidak nyaman akibat bau yang menyengat ini. Menurutnya beberapa tahun belakangan kawasan ini selalu disemprot dengan pertisida namun akhir-akhir ini tidak ada lagi. “Akibatnya lalat makin banyak,” tambah dia.

Pardi berharap kepada Pemerintah Kota Jambi segera memindahkan lokasi TPA ketempat lain yang penduduknya masih sepi. “Dikawasan ini penduduknya sudah padat, bangunan juga sudah banyak kan tidak cocok lagi dijadikan TPA,” tegasnya lagi.(mas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar