Rabu, 29 September 2010

Kebakaran, Fasilitas Umum Terganggu

MEDIAJAMBI — Lantaran rumah toke kambing di jalan Husni Thamrin Kecamatan Pasar Kota Jambi terbakar, Jumat (24/9) pelayanan perbankan dan jasa biro perjalanan yang berada di kawasan itu mengalami gangguan. Konsumen terpaksa beralih ketempat lain.
Didi, seorang karyawan swasta terpaksa mengurungkan niatnya menyetor sejumlah uang lewat Bank BNI di Komplek Ruko Abadi. Pasalnya, siang itu, pelayanan setoran, penarikan dan lain-lainnya tidak dapat dilayani pihak bank lantaran listrik dilokasi dipadamkan akibat kebakaran tak jauh dari lokasi. “Tidak bisa nyetor mas, katanya ada gangguan,” kata pria itu sembari meninggalkan kantor bank tersebut, Jum’at (24/9) siang.
Begitu juga dengan nasabah lainnya. Mereka tidak dapat menikmati layanan yang biasa mereka terima dilembaga perbankan tersebut. Tak ada yang lama berada didalam gedung, begitu masuk, mereka langsung keluar. Bahkan didepan petugas satuan pengamanan langsung member tau.
“Maaf pak, lagi ada gangguan, untuk sementara belum bisa, silahkan Bapak ke BNI lain, yang di The-hok juga bisa,” terang Supriyanto, Satpam Bank kepada Media Jambi Jum’at siang.
Bahkan dua jam berselang, bank juga belum bisa memberi pelayanan bagi nasabahnya. Sementara dibagian lain, biro jasa perjalanan Lima Benua juga mengalami gangguan akibat putusnya aliran listrik. Mereka tidak dapat melayani pesanan tiket penerbangan lantaran persoalan teknis tersebut.
“Karena kami tidak ada jenset, matinya listrik jelas menganggu aktifitas kerja disini. Kami tidak bisa melayani pemesanan tiket,” ujar Pengelola Lima Travel, Wendi.
Sedangkan pihak biro perjalanan Ceria Abadi Travel, Fekie Dwi Anton mengaku tidak ada persoalan dalam pelayanan. Pemadaman listrik sudah mereka antisipasi.
Sementara itu, rumah toke Kambing, Effendi dan 11 rumah lainnya di jalan Husni Thamrin Kecamatan Pasar ludes dilalap sijago merah. Bahkan kambing Efendi nyaris terbakar. Untung, adik ipar Effendi, M Nur ingat.
“Tak ada yang bisa diselamatkan. Hanya kambing inilah yang selamat,’ kata Nur. Sementara Effendi sendiri menolak diwawancarai. Ia terlihat trauma dengan kejadian itu.

12 Rumah Terbakar
Menurut saksi mata, M Nur, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 Wib. Dirinya mendapat telpon dari seorang keluarga yang mengabarkan ada kebakaran didekat rumah kakak iparnya, Effendi alias Pendi Kambing. Ia mengaku kaget dan ia bergegas menuju tempat kejadian perkara (TKP).
Masih menggunakan singlet dan celana pendek seadanya, ia sampai ke lokasi dan melihat api berkobar dari rumah Majid dan mulai menyambar rumah lainnya. “Ketika saya datang, baru dua rumah yang disambar api. Itu belum terlalu besar, masih bisa lah ditahan agar tidak merembet ke yang lain,” tutur pria itu.
Ia pun berteriak memanggil warga yang sebagian belum menyadari ada kebakaran. Sebagian masih didalam rumah. “Saya teriak tapi warga tak ada yang keluar. Mereka mungkin belum sadar apa yang terjadi,” katanya menceritakan.
Tanpa dikomando, ia pun segera menuju sumber air yang tak jauh dari rumah kakak iparnya dan berupaya memadamkan api dengan alat seadanya. Sebagian warga mulai menyelamatkan barang berharga milik mereka. Sementara api pun semakin membesar.
“Warga lainnya berdatangan namun sudah terlambat, api dimana-mana. Sedangkan pemadam kebakaran terlambat datang,” keluhnya.
Saksi lainnya, M Fadhil, yang kebetulan berada dilokasi pas kejadian berlangsung menuturkan bahwa sebelum api berkobar, ada letusan diriingi kepulan asap membumbung tinggi ke udara. Kejadian itu ia saksikan dari kantor Bank BTN tak jauh dari lokasi. “Saya kurang tau pasti itu apakah itu ledakan gas atau tidak, yang pasti setelah asap hitam asap mengepul, api terlihat berkobar. Kejadian itu sempat saya rekam,” kata karyawan BRI di kawasan jelutung.
Ia pun bergegas menuju TKP. Saat itu, pemadam kebakaran baru belum tiba. Tak lama barulah petugas sampai. Sempitnya gang menuju lokasi kebakaran serta jarak yang begitu jauh dari jalan, membuat kesulitan petugas. “Sepertinya petugas kesulitan. Soalnya gang sempit, mau kedalam jauh,” katanya menambahkan.
Tampak belasan petugas tengah sibuk mencoba dengan segala cara untuk memadami api. Untuk kesekian kalinya, mobil damkar itu bolak balik mengisi tangki airnya. Selain mengandalkan air dari mobil, petugas juga memanfaatkan air sungai tak jauh dari lokasi. Namun demikian tak dapat menyelamatkan rumah warga.
Effendi, hanya bisa menatap lesu. Meskipun ia bersikeras mencoba memadamkan api, namun kini ia hanya bisa menatap sebagian rumahnya kini menjadi abu. Banyak barang-barang berharga miliknya tak dapat diselamatkan. Termasuk surat-surat tanah. Ketika hendak diwawancarai, pria bertelanjang dada, memakai kalung tasbih dan tanpa alas kaki itu menolaknya.
Korban lainnya, Ana mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Dirinya panik ketika melihat api dan tak mampu menyelamatkan harta benda milik keluarganya.
Menurut petugas dari Polsek Pasar, Bripka AL. Sutrisno, laporan awal belum ada korban jiwa. Sementara kerugian materil belum diketahui pasti namun rumah yang terbakar ada 12 terbagi 9 rumah di RT 14 ada 9 rumah dan 3 rumah di RT 13. Dari 12 rumah yang hangus itu 16 Kepala Keluarga atau 56 jiwa kehilangan tempat tinggal. “Kerugian materil belum diketahui namun 12 rumah terbakar. Sementara ini korban jiwa tidak ada,” terang pria itu. Data sementara, tercatat rumah yang terbakar milik Majid, Romi, Effendi, Iyut, Fani, Etek Bawang, Mia, Mbah Titi, Wak Adnan, Ifan dan One. Sementara satu rumah tak berpenghuni.(gtt)

“Hanya Pasrah Kepada Allah...”

SAMBIL duduk memegang payung, mata Fatimah terlihat basah berlinang air mata. Kedua tangannya terkatup, melantunkan do’a berikut ayat demi ayat. Berharap agar api cepat padam hingga tidak merembet ke rumah yang lain. Fatimah, adalah satu dari sekian korban yang turut merasakan dampak kebakaran .
Saat ditemui Media Jambi dilokasi kejadian, Fatimah masih sempat mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt yang masih melindunginya. “Waktu kebakaran, saya lagi mencuci pakaian. Mengetahui api sudah merembet, saya menjerit minta tolong sambil membaca Surat Yasin,” ujar Fatimah yang mengaku hari itu tengah berpuasa syawal.
Sontak, pakaian yang tengah dicuci ditinggalkan. Secepatnya dia mengeluarkan barang berharga agar tidak ikut hangus terbakar. Walaupun dalam kondisi lemah karena berpuasa, dia mengaku mendapat pertolongan Allah untuk mengeluarkan sebagian isi rumahnya.
Ditengah hiruk pikuk
korban yang menangis, terlihat seorang wanita muda yang datang ke lokasi kebakaran sambil menangis. “Aduh rumah datuk sayo terbakar juga ya. Mau tinggal dimana lagi datuk sayo,” ungkapnya dengan nada sedih.
Sementara seorang korban kebakaran yang enggan menyebutkan namanya menyesal, tidak mampu menyelamatkan surat-surat tanah yang berada di lemari. “Ya... habislah semuanya,” ujarnya dengan nada sesal.(yen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar